Kamis, 10 November 2016

MAKALAH DASAR-DASAR MORFOLOGI



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bahasa adalah sisitem lambang bunyi yang bersifat arbitrer,produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1994:14-15). Sebagai sebuah sistem, bahasa pada dasarnya memberi kendala pada penuturnya. Dengan demikian , bahasa pada gilirannya pantas diteliti, karena kendala-kendala yang dihadapi oleh penutur suatu bahasa memerlukan penanganan dan pencerahan.
Salah satu bidang pengkajian bahasa yang cukup menarik adalah bidang tata bentukan atau morfologi. Bidang morfologi menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-kata sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu morfologi perlu dikaji agar ketidaksesuaian tersebut dapat diatasi. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan memaparkan masalah tentang morfologi dalam makalah ini.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian morfologi ?
2.      Apa saja yang termasuk jenis morfem?
3.      Apa yang termasuk klasifikasi kata ?
4.      Apa yang dimaksud dengan proses morfologis ?
5.      Apa yang dimaksud proses morfofonemik?
1.3  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian morfologi.
2.      Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis morfem.
3.      Untuk mengetahui klasifikasi morfem.
4.      Untuk mengetahui dan memahami proses morfologis.
5.      Untuk memahami proses



BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Jenis Morfem
Morfologi merupakan cabang linguistik yang mengkhususkan perhatiannya pada morfem dan kata. Tujuan kajiannya diarahkan pada mengetahui bagaimana pembentukan sebuah morfem atau kata dan bagaimana pula kedua bentuk satuan bahasa itu mengalami perubahan-perubahan.
Morfem (morpheme) dianggap sebagai satuan gramatikal terpenting yang mendasari terjadinya proses pembentukan suatu kata. Morfem pada umumnya terbagi atas dua bagian utama, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Beberapa ahli morfologi mengusulkan penambahan klasifikasi morfem menjadi: morfem segmental dan suprasegmental, morfem bermakna leksikal dan tak bermakna leksikal, morfem utuh dan terbelah, morfem monofonemis dan polifonemis, morfem aditif, replasif, substraktif (Oka, 1994:153-158). Namun, pada dasarnya klasifikasi tersebut dikembangkan dari dua jenis morfem pertama.
1.      Morfem bebas (free morpheme) yaitu morfem yang tidak terikat oleh satuan lain. Morfem ini mampu berdiri sendiri dan memiliki arti yang lengkap dan utuh. Oleh karena itu, morfem ini juga dikatakan sebagai kata asal/dasar. Contoh, mandi, jatuh, dsb.
2.      Morfem terikat (bound morpheme) dimaknai sebagai satuan yang tidak mapu berdiri sendiri. Kehadirannya selalu melekat pada kontruksi lain yang lebih besar, misalnya kata dasar. Pola perekatan antara morfem terikat dengan kata dasar inilah yang dinamakan proses afiksasi. Contoh morfem terikat diantaranya: prefiks (ke, pe, dsb), sufiks (an, wan, dsb), dan infiks (er, el, in (BJ), dan konfiks (per-an, ke-an,dsb).
2.2 Klasifikasi kata
Kata (word, tembung)dianggap sebagai satuan bahasa yang lebih mandiri. Bebas dan memiliki makna yang utuh dan lengkap. Kata bisa terdiri atas satu morfem, bisa juga lebih. Kata yang berujud satu morfem disebut sebagai kata dasar atau morfem sederhana (simple morpheme), sedangkan yang lebih disebut kata berimbuhan atau morfem komplek (complex morpheme).
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk asal. Konstruksinya dihitung punya satu morfem saja. Contoh: satu, lurah, tidur, dsb. Sementara kata berimbuhan, jadian dianggap memiliki lebih dari satu morfem (morfem bebas dan morfem terikat). Contoh: persatuan (punya dua morfem, yaitu satu sebagai morfem asal dan per-an sebagai morfem konfiks).
Sementara itu, menurut Aristoteles kata dapat dikategorikan ke dalam 10 kelas jenis (kelas kata); yaitu verba, nomina, pronomina, numeralia, adjektiva, adverbia, interjeksi, preposisi, konjungsi, dan partikel.
1.      Verba (kata keja), contoh: meulis, makan, berlari
2.      Nomina ( kata benda ), contoh : rumah, motor, departemen
3.      Pronomina (kata ganti), contoh : sya, engkau, mereka
4.      Numeralia (kata bilangan), contoh : satu, sejuta, setengah
5.      Adjektiva (kata sifat), contoh : cantik, dalam, pandai
6.      Adverbia ( kata keterangan ), contoh: agak, hanya, sebenarnya
7.      Interjeksi (kata seru), contoh: aduh, lho, hore
8.      Preposisi (kata depan), contoh: di, ke
9.      Konjungsi (kata sambung), contoh: dan, dengan
10.  Partikel (kata sandang), contoh: sang, si, hyang
2.3 Proses Morfologis
Proses morfologis adalah penggabungan morfem satu dengan morfem lain untuk mendapatkan bentukan baru yang lebih kompleks. Proses pengubahan itu bermakna :
a.       Ada bentuk dasar yang diubah
b.      Ada cara atau sistem tertentu untuk mengubah
c.       Ada bentuk baru hasih pengubahan
Proses morfologis dalam suatu bahasa pada dasarnya terdiri atas :
1.      Afikisasi (affixation)
Proses penambahan afiks (imbuhan). Penambhan diawal disebut prefiksasi (contoh : belajar, pengurus, dibeli), ditengah disebut infiksasi (contoh : gemetar, telunjuk, semugih), dan diakhir dinamakan sufiksasi (contoh : tulisan, wartawan ). Penambahan di awal dan akhir secara bersamaan disebut konfiksasi ( contoh : melakukan, kelurahan).
2.      Reduplikasi (reduplication)
Proses pengulangan bentuk. Reduplikasi banyak ditemui pada bahasa-bahasa di Asia Tenggara. Khusus dalam bahasa Jawa reduplikasi memiliki sejumlah pola. Sebagai berikut :
a.       Dwilingga (pengulangan morfem asal), contoh : rumah-rumah.
b.      Dwilingga salin swara (pengulangan morfem asal dengan perubahan fonem), contoh : bpla-bali, wira-wiri.
c.       Dwipurwa ( pengulangan pada silabe pertama), contoh : lelaki.
d.      Dwiwasana (pengulangan pada bagian akhir), contoh : cengenges.
e.       Trilingga (  pengulangan morfem asal tiga kali), conoth : dag-dig-dug.



3.      Komponisasi (kompositum)
Proses pembentukan morfem asal dengan morfem asal (bisa dengan imbuhan atau tidak). Proses itu menghasilkan jenis kata baru dan bermakna baru, yaitu kata majemuk( compound word/composite word). Contoh : matahari, saputangan. Salah satu ciri khas kata majemuk adalah tidak dapat disisipi oleh satuan lain ditengahnya. Misalnya mata dan hari ( bukan kata majemuk).
2.4 Proses Morfofonemik
            Morfofonemik berasal dari dua satuan bentukan, yaitu morfem dan fonem. Proses ini membahas perubhan fonem akibat proses morfologis yang terjadi dalam suatau kontruksi tertentu. Poedjosoedarmo (1978:186) mengatakan proses morfofonemik ada lima kategori, yaitu : muncul, hilang, luluh, berubah, dan geser. Beberapa yang penting diuraikan berikut ini :
1.      Asimilasi (asimilation)
Proses penyesuain bunyi, fonem mengalami peluluhan, baik regresif maupun progresif, sebagian atau keseluruhan. Biasanya terjadi pada bunyi-bunyi yang homorgan (sejenis). Contoh :
a.       Sat+jana (sanskerta) menjadi sajjana ‘orang duduk’ (sarjana).
b.      Min+walad(arab) menjadi miwwalad ‘dari anak’.
c.       Me+mukul menjadi memukul.
2.      Disimilasi (dissimilation)
Proses hilangnya salah satu fonem. Contoh :
Ber + kerja menjadi bekerja.
3.      Adisi (addition)
Proses penambahan fonem baru, misalnya nasalisasi. Penambahan ini bertujuan antara lain untuk memudahkan pengucapan. Contoh :
a.       Pe+jual menjadi penjual.
b.      Pe+balap menjadi pembalap.
c.       Nuku+ake menjadi nukokake.
BAB III
PENUTUP
1.1  Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa morfem merupakan bahan dasar pembentukan kata. Selanjutnya, kata merupakan bahan dasar dalam pembentukan satuan-satuan yang lebih besar dari padanya seperti frasa dan kalimat. Uraian Morfologi ini hanya memperkenalkan pengertian-pengertian dasar yang diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk mempelajari morfologi yang lebih lanjut.

 
1.2  Kritik dan Saran

Uraian Morfologi ini hanya memperkenalkan pengertian-pengertian dasar yang diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk mempelajari morfologi yang lebih lanjut.

1 komentar: