BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa adalah sisitem lambang bunyi yang
bersifat arbitrer,produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi (Abdul Chaer, 1994:14-15).
Sebagai sebuah sistem, bahasa pada dasarnya memberi kendala pada penuturnya.
Dengan demikian , bahasa pada gilirannya pantas diteliti, karena
kendala-kendala yang dihadapi oleh penutur suatu bahasa memerlukan penanganan
dan pencerahan.
Salah satu bidang pengkajian bahasa yang
cukup menarik adalah bidang tata bentukan atau morfologi. Bidang morfologi
menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-kata sering berbenturan dengan
kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu morfologi
perlu dikaji agar ketidaksesuaian tersebut dapat diatasi. Fenomena itulah yang
menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan memaparkan masalah tentang
morfologi dalam makalah ini.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian morfologi ?
2.
Apa saja yang termasuk jenis morfem?
3.
Apa yang termasuk klasifikasi kata ?
4.
Apa yang dimaksud dengan proses
morfologis ?
5.
Apa yang dimaksud proses morfofonemik?
1.3 Tujuan
Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian morfologi.
2.
Untuk mengetahui dan memahami
jenis-jenis morfem.
3.
Untuk mengetahui klasifikasi morfem.
4.
Untuk mengetahui dan memahami proses
morfologis.
5.
Untuk memahami proses
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dan Jenis Morfem
Morfologi
merupakan cabang linguistik yang mengkhususkan perhatiannya pada morfem dan
kata. Tujuan kajiannya diarahkan pada mengetahui bagaimana pembentukan sebuah
morfem atau kata dan bagaimana pula kedua bentuk satuan bahasa itu mengalami
perubahan-perubahan.
Morfem
(morpheme) dianggap sebagai satuan gramatikal terpenting yang mendasari
terjadinya proses pembentukan suatu kata. Morfem pada umumnya terbagi atas dua
bagian utama, yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Beberapa ahli morfologi
mengusulkan penambahan klasifikasi morfem menjadi: morfem segmental dan
suprasegmental, morfem bermakna leksikal dan tak bermakna leksikal, morfem utuh
dan terbelah, morfem monofonemis dan polifonemis, morfem aditif, replasif,
substraktif (Oka, 1994:153-158). Namun, pada dasarnya klasifikasi tersebut
dikembangkan dari dua jenis morfem pertama.
1. Morfem
bebas (free morpheme) yaitu morfem yang tidak terikat oleh satuan lain. Morfem
ini mampu berdiri sendiri dan memiliki arti yang lengkap dan utuh. Oleh karena
itu, morfem ini juga dikatakan sebagai kata asal/dasar. Contoh, mandi, jatuh,
dsb.
2. Morfem
terikat (bound morpheme) dimaknai sebagai satuan yang tidak mapu berdiri
sendiri. Kehadirannya selalu melekat pada kontruksi lain yang lebih besar,
misalnya kata dasar. Pola perekatan antara morfem terikat dengan kata dasar
inilah yang dinamakan proses afiksasi. Contoh morfem terikat diantaranya:
prefiks (ke, pe, dsb), sufiks (an, wan, dsb), dan infiks (er, el, in (BJ), dan
konfiks (per-an, ke-an,dsb).
2.2
Klasifikasi kata
Kata
(word, tembung)dianggap sebagai satuan bahasa yang lebih mandiri. Bebas dan
memiliki makna yang utuh dan lengkap. Kata bisa terdiri atas satu morfem, bisa
juga lebih. Kata yang berujud satu morfem disebut sebagai kata dasar atau
morfem sederhana (simple morpheme), sedangkan yang lebih disebut kata
berimbuhan atau morfem komplek (complex morpheme).
Kata
dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk asal. Konstruksinya
dihitung punya satu morfem saja. Contoh: satu, lurah, tidur, dsb. Sementara
kata berimbuhan, jadian dianggap memiliki lebih dari satu morfem (morfem bebas
dan morfem terikat). Contoh: persatuan (punya dua morfem, yaitu satu sebagai
morfem asal dan per-an sebagai morfem konfiks).
Sementara
itu, menurut Aristoteles kata dapat dikategorikan ke dalam 10 kelas jenis
(kelas kata); yaitu verba, nomina, pronomina, numeralia, adjektiva, adverbia,
interjeksi, preposisi, konjungsi, dan partikel.
1. Verba
(kata keja), contoh: meulis, makan, berlari
2. Nomina
( kata benda ), contoh : rumah, motor, departemen
3. Pronomina
(kata ganti), contoh : sya, engkau, mereka
4. Numeralia
(kata bilangan), contoh : satu, sejuta, setengah
5. Adjektiva
(kata sifat), contoh : cantik, dalam, pandai
6. Adverbia
( kata keterangan ), contoh: agak, hanya, sebenarnya
7. Interjeksi
(kata seru), contoh: aduh, lho, hore
8. Preposisi
(kata depan), contoh: di, ke
9. Konjungsi
(kata sambung), contoh: dan, dengan
10. Partikel
(kata sandang), contoh: sang, si, hyang
2.3
Proses Morfologis
Proses
morfologis adalah penggabungan morfem satu dengan morfem lain untuk mendapatkan
bentukan baru yang lebih kompleks. Proses pengubahan itu bermakna :
a. Ada
bentuk dasar yang diubah
b. Ada
cara atau sistem tertentu untuk mengubah
c. Ada
bentuk baru hasih pengubahan
Proses
morfologis dalam suatu bahasa pada dasarnya terdiri atas :
1. Afikisasi
(affixation)
Proses
penambahan afiks (imbuhan). Penambhan diawal disebut prefiksasi (contoh :
belajar, pengurus, dibeli), ditengah disebut infiksasi (contoh : gemetar,
telunjuk, semugih), dan diakhir dinamakan sufiksasi (contoh : tulisan, wartawan
). Penambahan di awal dan akhir secara bersamaan disebut konfiksasi ( contoh :
melakukan, kelurahan).
2. Reduplikasi
(reduplication)
Proses
pengulangan bentuk. Reduplikasi banyak ditemui pada bahasa-bahasa di Asia Tenggara.
Khusus dalam bahasa Jawa reduplikasi memiliki sejumlah pola. Sebagai berikut :
a. Dwilingga
(pengulangan morfem asal), contoh : rumah-rumah.
b. Dwilingga
salin swara (pengulangan morfem asal dengan perubahan fonem), contoh : bpla-bali,
wira-wiri.
c. Dwipurwa
( pengulangan pada silabe pertama), contoh : lelaki.
d. Dwiwasana
(pengulangan pada bagian akhir), contoh : cengenges.
e. Trilingga
( pengulangan morfem asal tiga kali),
conoth : dag-dig-dug.
3. Komponisasi
(kompositum)
Proses pembentukan
morfem asal dengan morfem asal (bisa dengan imbuhan atau tidak). Proses itu
menghasilkan jenis kata baru dan bermakna baru, yaitu kata majemuk( compound
word/composite word). Contoh : matahari, saputangan. Salah satu ciri khas kata
majemuk adalah tidak dapat disisipi oleh satuan lain ditengahnya. Misalnya mata
dan hari ( bukan kata majemuk).
2.4
Proses Morfofonemik
Morfofonemik berasal dari dua satuan
bentukan, yaitu morfem dan fonem. Proses ini membahas perubhan fonem akibat
proses morfologis yang terjadi dalam suatau kontruksi tertentu. Poedjosoedarmo
(1978:186) mengatakan proses morfofonemik ada lima kategori, yaitu : muncul,
hilang, luluh, berubah, dan geser. Beberapa yang penting diuraikan berikut ini
:
1. Asimilasi
(asimilation)
Proses penyesuain bunyi, fonem mengalami peluluhan,
baik regresif maupun progresif, sebagian atau keseluruhan. Biasanya terjadi
pada bunyi-bunyi yang homorgan (sejenis). Contoh :
a. Sat+jana
(sanskerta) menjadi sajjana ‘orang duduk’ (sarjana).
b. Min+walad(arab)
menjadi miwwalad ‘dari anak’.
c. Me+mukul
menjadi memukul.
2. Disimilasi
(dissimilation)
Proses hilangnya salah satu fonem. Contoh :
Ber
+ kerja menjadi bekerja.
3. Adisi
(addition)
Proses penambahan fonem baru, misalnya nasalisasi.
Penambahan ini bertujuan antara lain untuk memudahkan pengucapan. Contoh :
a. Pe+jual
menjadi penjual.
b. Pe+balap
menjadi pembalap.
c. Nuku+ake
menjadi nukokake.
BAB
III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan
bahwa morfem merupakan bahan dasar pembentukan kata. Selanjutnya, kata
merupakan bahan dasar dalam pembentukan satuan-satuan yang lebih besar dari
padanya seperti frasa dan kalimat. Uraian Morfologi ini hanya memperkenalkan
pengertian-pengertian dasar yang diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk
mempelajari morfologi yang lebih lanjut.
1.2 Kritik
dan Saran
Uraian Morfologi ini hanya memperkenalkan
pengertian-pengertian dasar yang diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk
mempelajari morfologi yang lebih lanjut.
Terimakasih sudah berbagi ilmu.
BalasHapus